Minggu, 02 Maret 2014
MEMBANGUN
KARAKTER
Disiplin diri merupakan
hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang, sebuah
organisasi, dan sebuah masyarakat bangsa. Sebab dalam hubungannya dengan
seseorang-- karakter mengandung pengertian (1) suatu kualitas positif yang
dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) reputasi
seseorang; (3) seseorang yang unusual
atau memiliki kepribadian yang eksentrik.
Dalam kamus Poerwadarminta,
karakter diartikan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiwaan. Akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain.
Dengan pengertian
diatas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses
mengukir atau memahat jiwa sedemikan rupa , sehingga “berbentuk”
unik,menarik,dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ubarat sebuah
huruf dalam alphabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang
lain,demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang
lainya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau “berkarakter”
tercela)
Kalimat itu boleh jadi
merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional . lewat perjuangan panjang
dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah seorang
pahlawan besar dalam sejarah amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan
ditingkat nasional dan internasional atas prestasi dan pengabdiannya (lihat
home page www.hki.org) . Helen keller adalah model manusia berkarakter
(terpuji)
Dan sejarah hidupnya
mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter memerlukan disiplin
tinggi karena tidak mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice
(keputusan moral) dan ditindak lanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi
praksis,refleksi,dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu
menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang.
Demikianlah penting
sebuah karakter dan proses pembentukannya yang tidak pernah mudah melahirkan
manusia-manusia yang tidak bias dibeli. Ke arah yang demikian itulah pendidikan
dan pembelajaran—termasuk pengajaran diinstitusi formal dan pelatihan
diinstitusi non-formal – seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia
berkarakter (terpuji), manusia-manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan
orang-orang yang dapat dipengaruhinya
Langganan:
Postingan (Atom)